Selasa, 14 Maret 2017

Manfaat Bonus Demografi Bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

 
  Faktor-Faktor Pendukung Dalam Memanfaatkan Bonus Demorgafi
Untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


 
 
Pertumbuhan ekonomi secara umum dapat diartikan sebagai proses berkembangnya kondisi ekonomi suatu negara secara  berkesinambungan. Untuk bertumbuh, suatu negara harus memaksimalkan pengelolaan faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor yang dimaksud adalah tanah dan kekayaan alam, kuantitas dan kualitas penduduk dan tenaga kerja, barang modal dan teknologi, manajemen, kewirausahaan, sistem sosial dan sikap masyarakat, serta luas pasar. Menurut Data Satistik Lembaga audit dan konsultan ekonomi PricewaterhouseCoopers (PWC) memprediksi bahwa Ekonomi Indonesia bisa mencapai peringkat 5 dunia dan mengungguli ekonomi Rusia maupun Jerman. Dalam laporan  bertajuk The Long View How will the global economic order change by 2050 yang dirilis pada Februari 2017, perekonomian Indonesia akan mencapai US$ 5,42 triliun atau sekitar Rp 72,14 kuantiliun (juta triliun) pada 2030.
  
 Tentu ini menjadi awal yang baik bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Mengingat di tahun 2020-2030 Indonesia akan memasuki fase dimana sangat ditunggu-tunggu oleh Indonesia, yaitu fase yang produktif Bonus Demografi.  Dimana pada Data Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) indonesia tahun 2010 menunjukkan Dependency ratio Indonesia sebesar 50,5. Sementara pada tahun 2015 dependency ratio memiliki angka lebih kecil yaitu 48,6. Angka dependency ratio ini akan semakin kecil lagi pada tahun 2020 hingga 2030, yang akan menciptakan bonus demografi untuk Indonesia.

http://siputeknik.blogspot.co.id/
Pada tahun 2020 hingga 2030 Negara Indonesia akan dihadiahi Bonus memiliki jumlah penduduk usia Produktif dengan jumlah yang melimpah, yaitu sekitar 2/3 dari jumlah penduduk keseluruhan. Bonus demografi dapat dilihat dengan parameter Dependency Ratio (angka beban ketergantungan) yang cukup rendah, yaitu mencapai 44. Hal ini berarti bahwa dalam setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) hanya menanggung sekitar 44 penduduk tidak produktif. Dengan bonus demografi yang akan diterima Indonesia tahun 2020-2030, maka peluang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai. Namun  untuk mewujutkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut, hal yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana strategi negara  dalam menyiapkan angkatan kerja yang berkualaitas?.
Keberhasilan dalam memanfaatkan bonus demografi dipengaruhi oleh kesiapan pemerintah untuk menyiapkan angkatan kerja yang berkualitas. Kualitas tersebut berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kecukupan gizi. Untuk itu upaya menciptakan angkatan kerja yang berkualitas, perlu dipersiapkan matang-matang. Jumlah angkatan kerja yang melimpah pada fase bonus demografi harus dimanfaatkan secara baik oleh negara Indonesia. Kunci utamanya yaitu dengan mempersiapkan angkatan kerja yang berkualitas. Hanya dengan angkatan kerja yang berkualitas maka bonus demografi akan benar-benar memberikan dampak yang positif bagi Indonesia. Dengan angkatan kerja yang berkualitas akan dapat merespon penawaran kerja dari negara-negara maju. Fenomena yang terjadi saat ini adalah bahawa negara maju kekurangan penduduk muda, sebagai kelompok angkatan kerja yang dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi. Untuk itu peluang tersebut bisa dimanfaatkan oleh negara-negara yang mendapatkan bonus demografi termaksud negara Indonesia sendiri.
Namun Peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui bonus demografi bisa saja menjadi boomerang bagi Indonesia sendiri. Ketika negara tidak siap dalam menyongsong bonus demografi pada tahun 2020-2030, maka dapat menimbulkan permasalahan baru yang tak kalah hebatnya. Ketika Indonesia tidak mampu menyiapkan angkatan kerja berkualitas, tentu akibat yang terjadi yaitu akan menimbulkan pengangguran dimana-mana. Pengangguran terjadi ketika angkatan kerja tidak mampu terserap kedalam lapangan kerja yang sebenarnya tersedia karena tidak memenuhi kualifikasi yang di butuhkan perusahaan. Dengan begitu, tentu bonus demografi hanya sebagai angin lalu yang tidak memiliki dampak positif, dan bahkan malah menyebabkan angin ribut ketika tingkat pengangguran semakin tinggi.
Aspek lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan yaitu bagaimana Negara Indonesia bisa terus konsisten dalam menekan angka fertilitas (angka kelahiran). Hal ini menjadi aspek penting karena jika tingkat fertilitas meningkat dan tidak terkendali pada fase bonus demografi, maka akan menghambat upaya negara dalam mempersiapkan angkatan kerja yang berkualitas. Dana untuk mempersiapkan angkatan kerja yang berkualitas dari segi kesehatan, pendidikan dan kecukupan gizi, juga akan terbagi untuk mengurusi kebutuhan bayi-bayi yang lahir. Dengan begitu upaya pemerintah untuk memaksimalkan bonus demografi juga akan terhambat.
Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu aspek yang mempengaruhi terjadinya bonus demografi yaitu keberhasilan pemerintah dalam menekan angka kelahiran melalui program keluarga berencanan (KB). Semakin rendahnya tingkat fertilitas berdampak pada penduduk kelompok umur 0-15 terkendali dan tidak terjadi ledakan kelahiran. Sehingga sudah pasti dapat diprediksikan pada tahun 2020-2030, struktur penduduk kelompok umur produktif jauh lebih besar dibanding kelompok umur tidak produktif. Jika dilihat dari karakteristik kependudukan melalui piramida penduduk maka piramida akan berbentuk gemuk dibagian tengah, dengan dasar piramida lebih kecil. Bagian tengah piramida yang membesar menunjukkan bahwa beberapa waktu yang lalu telah terjadi jumlah kelahiran yang cukup besar, tetapi tingkat kematian bayi menurun sehingga jumlah bayi yang lahir dan tetap hidup mencapai usia dewasa lebih banyak dari jumlah sebelumnya.
Faktor-Faktor  Penentu Keberhasilan Pemanfaatan Bonus Demografi
Bonus demografi dapat mendatangkan keuntungan yang besar bagi Indonesia. Dengan persiapan yang baik dan investasi yang tepat, bonus demografi bisa mengubah masa depan Indonesia menjadi lebih sejahtera dan maju. Namun keberhasilan dalam memanfaatkan bonus demografi sangat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, ketersediaan lapangan kerja, dan konsistensi penurunan angka kelahiran melalui program KB.
 Pada fase bonus demografi jumlah anak muda sangat besar sebagai kelompok produktif yang telah memasuki usia kerja. Sehingga Pengelolaan ketenagakerjaan yang baik, menjadi pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh pemerintah. Pengelolaan ketenagakerjaan yang baik dengan mempersiapkan angkatan kerja yang berkualitas, akan menentukan keberhasilan pemanfaatan bonus demografi. Untuk itu dalam mempersiapkan angkatan kerja yang berkualitas haruslah dilihat dari aspek kualitas pendidikan, kualitas kesehatan dan kecukupan gizi.
1.      Peningkatan KualitasPendidikan
Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam fase bonus demografi yaitu meningkatnya kebutuhan terhadap pendidikan. Meningkatnya jumlah anak muda pada tahun 2020 hingga 2030, akan berpengaruh pada meningkatnya kebutuhan akan fasilitas pendidikan. Pendidikan telah menjadi kebutuhan mendasar bagi penduduk yang harus dipenuhi selain kecukupan gizi dan kesehatan. Dengan kesempatan yang mudah untuk mengenyam pendidikan, tentu akan dapat menciptakan penduduk yang berkualitas dan terampil.
Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas anak muda sebagai penduduk produktif masa mendatang, salah satu usaha yang tepat adalah dengan menyediakan kesempatan pendidikan seluas-luasnya. Kemudahan akses pendidikan dan didukung oleh prasarana pendidikan yang lengkap, serta tenaga pendidik yang berkualitas, akan menciptakan masyarakat yang berkualitas pula. Dengan kesempatan mengenyam pendidikan sampai ke jenjang yang tinggi, tentu menjadi modal penting untuk menciptakan angkatan kerja yang berkualitas dan terampil. Pendidikan menjadi aspek penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Pada fase bonus demografi angka partisipasi sekolah harus ditingkatkan, khususnya Angka Partisipasi Sekolah pada kelompok umur 16-18 dan 19-24 tahun. Langkah yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk menempuh pendidikan. Dengan pendidikan murah dan bantuan biaya pendidikan bagi golongan miskin dapat memacu naiknya angka partisipasi sekolah. Angka partisipasi sekolah yang tinggi pada kelompok umur 19-24 akan menciptakan angkatan kerja yang berkualitas dan terampil. Jenjang pendidikan yang tinggi sebagai bekal utama menghadapai persaingan tenaga kerja.
Faktor utama untuk meningkatkan kualitas pendidikan terletak pada tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap dan memadai. Selain itu dengan jumlah tenaga pendidik yang memadai dan berkualitas menjadi salah satu aspek penting yang tidak bisa dilupakan. Pemerintah juga harus memperhatikan pengembangan dibidang sains dan teknologi penunjang pendidikan. Hanya dengan peningkatan dan perbaikan diberbagi unsur penting dalam pendidikan, akan menjadi kunci utama peningkatan kualitas pendidikan.
2.      Peningkatan Kualitas Kesehatan
Kualitas kesehatan menjadi aspek penting yang perlu ditingkatkan untuk menyambut bonus demografi. Peningkatan kualitaas kesehatan akan menjadikan  angkatan kerja berkualitas selain berkualitas dalam segi pendidikan. Dengan menyediakan layanan kesehatan yang baik dan bermutu menjadi kunci utama peningkatan kualitas kesehatan tersebut.
Penyediaan layanan kesehatan dalam kerangka bonus demografi diprioritaskan kepada penduduk usia 0-18 tahun. Prioritas ini di pilih karena penduduk usia 0-18 tahun berada pada usia perkembangan. Dengan peningkatan kesehatan yang diprioritaskan pada penduduk usia emas tersebut, maka nantinya diharapkan akan menciptakan anak-anak muda yang berkualitas.
3.      Konsistensi dalam Penurunan angka fertilitas
Konsistensi penurunan angka fertilitas yang baik akan membuat investasi pendidikan dan kesehatan menjadi semakin optimal. Penurunan fertilitas akan menurunkan proporsi anak-anak, dan akan menjaga populasi anak-anak tetap pada angka yang kecil. Dengan begitu beban ketergantungan dalam fase demografi akan tetap bisa ditekan. Konsistensi penurunan fertilitas ini perlu dipertahankan hingga tahun 2030. Sehingga kesempatan emas pada fase demografi akan benar-benar bisa dimanfaatkan dengan baik.
Konsisitensi penurunan angka fertilitas berarti akan semakin memudahkan pemerintah untuk fokus dalam program peningkatan kualitas anak muda. Penurunan angka kelahiran akan mengurangi anggaran untuk kesehatan dan kebutuhan gizi bayi-bayi yang lahir. Sehingga anggaran yang dimiliki pemerintah sebagian besar bisa digunakan untuk investasi dalam peningkatan kualitas anak muda.
Penuruanan angka fertilitas dalam kerangka bonus demografi memang tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan program keluarga berencana (KB). Meningkatnya partisipasi KB telah berhasil menurunkan angka fertilitas secara signifikan. Data BPS nasional menunjukan bahwa presentase perempuan usia 15-49 tahun yang telah menikah dan ikut KB memiliki proporsi yang cukup besar. Data tahun 2000 hingga 2013 memperlihatkan partisipasi KB menjacapi 50% lebih dimasisng masing tahun. Data tersebut juga menunjukkan kecenderungan meningkat dari taun ketahun.
Keberhasilan program keluarga berencana dalam menekan angka kelahiran perlu dipertahankan. Dengan konsisitensi menurunkan angka kelahiran melalui program KB, akan menjadi salah satu faktor penting penentu keberhasilan pemanfaatan bonus demografi.
4.      Ketersediaan Lapangan Kerja
Ketersediaan lapangan kerja yang cukup pada fase bonus demografi menjadi aspek penting yang tak bisa diabaikan. Jaminan ketersediaan lapangan kerja yang sesuai dengan keahlian angkatan kerja akan membuat anak-anak muda bisa mengembangkan potensinya, dan menjadi sumbangangan tanaga yang produktif bagi pengembangan ekonomi negara. Dengan tersedianya lapangan kerja yang besar akan mampu menampung jumlah angkatan kerja yang besar, dan tidak akan menjadikan jutaan anak muda menganggur.
Jumlah angkatan kerja yang terus meningkat membutuhkan peningkatan lapangan kerja. Peningkatan lapangan kerja akan memperluaas kesempatan kerja dan akan mengurangi pengangguran. Perluasan kesempatan kerja harus dilihat berdasarkan keseimbangan distribusi penyerapan kerja antar sektor perekonomian. Sehingga investasi yang dipilih untuk memperluas kesempatan kerja diprioritaskan pada sektor yang belum berkembang. Dengan penambahan lapangan kerja pada sektor tersebut akan meningkatkan produktifitas perekonomian.
Penciptaan kesempatan kerja atau lapangan kerja menjadi aspek penting dalam perencanaan tanaga kerja. Ketika perencanaan tenaga kerja telah diupayakan dengan baik melalui peningkatan kualitas angkatan kerja, maka penciptaan kesempatan kerja juga harus dilakukan untuk mendukungnya. Indonesia dalam angka persenan dalam waktu bekerja lebih dari 49 jam setelah negara Korea Selatan dan Hongkong. Tentu ini bisa menjadi keunggulan dalam ketenagakerjaan Indonesia. Jika Indonesia memiliki kesetersediaan lapangan pekerjaan yang banyak ditambah dengan jam kerja dari pekerja Indonesia yang tinggi, dapat membantu perkembangan ekonomi negara dan pemanfaatan dari bonus demografi pun terjadi.
Strategi pengelolaan bonus demografi
Berdasarkan dari paparan data dan analisis yang telah disajikan sebelumnya, maka dapat disusun beberapa strategi untuk menghadapi bonus demografi tahun 2020-2030. Rancangan strategi ini berupa suatu intervensi sosial melalui berbegai kebijakan pemerintah. Intervensi sosial dalam bentuk kebijakan pemerintah ini bertujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki, baik individu, kelompok maupun negara. Intervensi yang dapat dilakukan setidaknya meliputi empat aspek penting yaitu disektor pendidikan, sektor kesehatan, ketenagakerjaan dan program Keluarga Berencana.
Empat aspek penting yang terdiri dari kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, ketenagakerjaan dan program keluarga berencana tersebut menjadi kunci utama keberhasilan pembangunan pada fase bonus demografi. Untuk itu, berbagai intervensi yang tepat pada empat sektor ini menjadi prioritas utama dalam menghadapi dan menyambut bonus demografi tahun 2020 hingga 2030. Berikut ini beberapa strategi dalam bentuk kebijakan yang bisa dijalankan pemerintah untuk menghadapi bonus demografi:
1. Strategi dibidang Pendidikan
a. Peningkatan kualitas pendidikan melalui wajib belajar 12 tahun (sampai tingkat SMA/SMK).
b. Tidak hanya sampai tingkat SMA, dalam jangka panjang bisa ditingakatkan secara konsisten kesempatan sekolah sampai jenjang perguruan tinggi.
c. Untuk mendukung keberhasilan wajib belajar 12 tahun, dan sampai jenjang perguruan tinggi, maka diperlukan berbagai program bantuan biaya pendidikan (Beasiswa). Dengan beasiswa prestasi dan beasiswa keluarga miskin dapat meningkatkan Angka Partisipasi Sekolah sampai tingkat SMA/SMK, dan juga sampai jenjang perguruan tinggi.
d. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan seperti fasilitas laboratorium yang lengkap, fasilitas multimedia, gedung sekolah dan lain sebaginya. Dengan fasilitas yang lengkap tentu akan mendukung kegiatan belajar siswa dan mamacu peningkatan prestasi.
e. Meningkatkan kualitas tenaga pengajar/Guru/Dosen.
f. Menambah alokasi dana untuk anggaran pendidikan
2. Strategi dibidang Kesehatan
a. Meningkatkan anggaran untuk Kesehatan
b. Meningkatkan kualitas tenaga medis seperti Dokter, Bidan, Perawat dsb.
c. Meningkatkan saranan dan prasaranan kesehatan seperti: pembangunan fasilitas kesehatan di daerah yang belum memiliki, manambah kelengkapan fasilitas kesehatan, fasilitas Rawat inap, penambahan Rumah sakit milik pemerintah sebagai pemberi layanan kesehatan gratis, dan lain sebaginya.
d. Selain ditujukan untuk penduduk usia 0-18, layanan kesehatan juga ditujukan kepada penduduk usi 19-21 tahun, karena sebagi penduduk yang akan memasuki dunia kerja. Sehingga kualitas keseatan penduduk usia ini perlu diperhatikan sebagi syarat kesiapan dalam memasuki dunia kerja.
3. Strategi dibidang Ketenagakerjaan
a. Menekan angka pengangguran dengan memberikan kesempatan kerja yang l uas melaui penyediaan lapangan kerja yang banyak
b. Penyediaan dan penambahan lapangan kerja disesuaikan dengan kemampuan para pencari kerja.
c. Pengembangan UMKM sebagai sektor informal yang lebih fleksibel dalam penyerapan lapangan kerja.
d. Menciptakan angkatan kerja yang berkualitas melalui pendidikan dan pelatihan-pelatihan, untuk bisa bersaing di dunia internasional.
Dengan berjalannya faktor-faktor yang mendukung dalam pemanfaatan bonus demografi, maka Negara Indonesia siap untuk menumbuhkan perekonomian Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar